Skip to main content

Memperbaiki Luka Bekas Jerawat (Acne Scars)

Jerawat merupakan kondisi yang sering kita jumpai, mungkin kita sendiri pernah mengalaminya. Saya sendiri juga pernah menderita jerawat yang cukup parah selama 1 tahun. Setelah berjuang untuk mengobati jerawat, biasanya penderita jerawat akan mengeluhkan bekas jerawat, baik itu noda hitam ataupun kontur wajah yang tidak rata akibat scars jerawat.

Jerawat sangat mungkin menyebabkan luka bekas jerawat (post acne scarring) yang susah untuk diperbaiki. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, misalnya menjadi kurang percaya diri dalam bersosialisasi. Potensi scar dipengaruhi oleh faktor genetik, derajat keparahan jerawat, dan keterlambatan pengobatan. Lesi yang meradang berpotensi lebih besar menjadi scar yang permanen.

Sesungguhnya, pembentukan scar ini merupakan suatu respon alami tubuh untuk menyembuhkan jaringan yang terluka, dalam hal ini diakibatkan oleh jerawat. Namun sayangnya, respon jaringan ini menyebabkan tampilan yang kurang baik secara estetik. Selain itu, rasa nyeri juga dapat muncul jika scar-nya adalah jenis hipertrofi.

Secara garis besar, acne scar dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan adanya kehilangan atau penambahan kolagen, yaitu atrofik, hipertrofik, dan keloidal. Sebanyak 80-90% pasien yang mengalami acne scar menderita jenis atrofik (kehilangan kolagen), sedangkan sisanya adalah jenis hipertrofik dan keloidal (penambahan kolagen).

Scar atrofik dibagi lagi menjadi tiga subtipe, yaitu:
  1. Ice pick scars (60-70%): sempit, berbatas tegas, berbentuk seperti huruf V, diameter <2 mm, dapat menembus ke dalam hingga dermis bahkan lapisan subkutan.
  2. Boxcars (20-30%): lebar (diameter 1-4 mm), berbentuk seperti huruf U, batas tegas, menembus 0,1-0,5 mm hingga ke dermis.
  3. Rolling scars (15-25%): adanya jembatan jaringan dari dermis hingga ke subkutis. Diameter ≥4 mm, tepi ireguler.
Tabel 1. Klasifikasi Scar Atrofik 
(Sumber: Kravvas. G. & Al-Niami, F., 2017)

Gambar 1. Gambaran Subtipe Scar Atrofik
(Sumber: Kravvas. G. & Al-Niami, F., 2017)

 Gambar 2. Bentukan Icepick Scars pada Pasien
(Sumber: Fabbrocini, G., et al., 2010)

Gambar 3. Bentukan Boxcar pada Pasien
(Sumber: Fabbrocini, G., et al., 2010)

Jenis scar hipertrofik biasanya membentuk tonjolan dan konsistensi keras yang terbatas pada lokasi bekas jerawat. Berbeda dengan jenis keloidal, scar jenis ini biasanya berwarna ungu-kemerahan dengan bentukan papul dan nodul yang dapat melewati batas lokasi jerawat. Kedua jenis scar ini lebih sering ditemukan pada pasien berkulit hitam dan berlokasi di bahu dan dada.

Klasifikasi jenis scar ini penting dilakukan karena membantu dalam menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Namun, membedakan jenis satu sama lain cukup sukar secara klinis, karena beberapa jenis scar dapat muncul pada satu pasien yang sama.

Selain jenis scar, derajat keparahannya juga penting dalam proses terapi. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menilai derajat keparahan acne scars adalah tabel di bawah ini.

 Tabel 2. Derajat Keparahan Acne Scars
 (Sumber: Kravvas. G. & Al-Niami, F., 2017)

Untuk terapi acne scars, secara umum dibagi menjadi dua, untuk tipe atrofik dan untuk tipe hipertrofik & keloidal. Berikut adalah tabel rangkuman terapi yang dapat diberikan pada masing-masing jenis scars.
Tabel 3. Terapi Acne Scars Berdasarkan Jenisnya
(Sumber: Fabbrocini, G., et al., 2010)

 A. Pengobatan Scar Atrofik
      1. Chemical Peels
          Prosedur ini dilakukan dengan mengoleskan cairan kimia pada kulit yang bertujuan untuk menghilangkan lapisan luar kulit yang rusak dan mempercepat proses regenerasi kulit. Chemical peels dapat digunakan untuk memperbaiki tanda penuaan kulit serta beberapa lesi kulit, salah satunya acne scars
Hasil chemical peels terbaik diperoleh pada scar tipe makula. Sedangkan tipe icepick dan rolling scars tidak dapat hilang sempurna dan membutuhkan beberapa kali peeling bersamaan dengan terapi retinoid serta alpha hydroxy acids. Hasil yang didapat setiap individu bisa berbeda-beda.
Jenis hydroxy acids yang dapat digunakan misalnya:
  • Glycolic acid
  • Jessner's solution
  • Pyruvic acid
  • Salicylic acid
  • Trichloroacetic acid
  • TCA Cross
      2. Dermabrasion/Microdermabrasion
          Teknik ini adalah suatu proses pemerataan kontur wajah secara mekanik dengan cara mengablasi kulit yang rusak untuk merangsang reepitelialisasi. Teknik dermabrasi merusak lapisan kulit lebih dalam daripada mikrodermabrasi. Kedua teknik ini sama efektifnya dalam memperbaiki tampilan kulit dan bekas jerawat. 
 
      3. Laser Treatment
          Kandidat yang tepat untuk terapi ini adalah pasien dengan boxcar scars atau rolling scars. Laser, baik yang ablatif maupun nonablatif, sama efektifnya dalam mengobati acne scars.  Laser ablatif bekerja dengan membuang jaringan yang rusak, lalu mengencangkan kolagen dan jaringan di bawahnya. Sedangkan laser nonablatif tidak membuang jaringan, namun merangsang pembentukan kolagen baru sehingga terjadi pengencangan dan scar yang atrofik mengisi ke permukaan. 
Namun demikian, laser ablatif memiliki risiko efek samping, di antaranya infeksi (bakteri, jamur, virus), eritema persisten, hiperpigmentasi, dan scarring

     4. Punch Techniques
          Bekas jerawat atrofik dapat diperbaiki dengan teknik ini. Bekas luka akan "ditambah" jaringannya agar dapat tampak seperti jaringan kulit normal di sekitarnya. Teknik ini efikasi dan presisinya cukup tinggi untuk penanganan acne scars.

     5. Dermal Grafting
        Teknik ini termasuk dalam tindakan bedah. Lapisan kulit yang baru diletakkan pada bekas luka jerawat. Prosedur ini termasuk aman dilakukan.

     6. Tissue Augmenting Agents
         Pada prosedur ini dilakukan transplantasi lemak untuk memperbaiki kontur kulit yang tidak rata.

     7. Needling
         Prosedur ini menggunakan roller steril yang tersusun atas jarum-jarum halus. Sebelumnya dilakukan desinfeksi kulit dan pemberian anestesi. Alat roller akan digulirkan pada permukaan kulit yang bermasalah. Jarum halus akan menembus 1,5-2 mm ke dalam lapisan dermis, dan menyebabkan perdarahan yang akan segera berhenti. Luka yang muncul pada kulit akan merangsang proses penyembuhan yang menghasilkan produksi kolagen.  Hasil terapi akan mulai terlihat setelah 6 minggu - 3 bulan. Kondisi kulit akan membaik terus dalam waktu 12 bulan. 
Gambar 4. Proses Needling pada Pasien dengan Acne Scars
(Sumber: Fabbrocini, G., et al., 2010).

Gambar 5. Kondisi Kulit Pasien Sebelum Needling
 (Sumber: Fabbrocini, G., et al., 2010).

 Gambar 6. Kondisi Kulit Pasien Setelah Needling
(Sumber: Fabbrocini, G., et al., 2010).
 
     8. Terapi Kombinasi
         Kombinasi yang biasa digunakan misalnya peeling dilanjutkan dengan subsisi serta laser.

B. Pengobatan Scar Hipertrofik dan Keloidal
     1. Gel Silikon
         Merupakan terapi yang cukup sering digunakan untuk mengobati maupun mencegah acne scars hipertrofik. Terapi ini cukup aman dan tidak mengiritasi kulit.

     2. Terapi Steroid Intralesi
         Injeksi steroid ini adalah teknik yang paling sering digunakan untuk keloid dan scars hipertrofik. Steroid dapat mengurangi volume, ketebalan, dan tekstur scars, serta meredakan keluhan gatal dan rasa tidak nyaman. Steroid yang sering dipilih adalah triamcinolone acetate. Efek samping yang sering dilaporkan adalah hipopigmentasi, atrofi kulit, telangiektasis, dan infeksi.

     3. Cryotherapy
          Pemberian nitrogen cair dapat memperbaiki tampilan scars hipetrofik dan keloidal secara signifikan. Efek samping yang paling sering adalah hipopigmentasi, atrofi kulit, dan rasa nyeri. Teknik ini dapat dilakukan pada pasien dengan scars di badan ataupun scar yang cukup besar pada area wajah.

     4. Pulsed Dye Therapy (PDL)
         Laser yang ditembakkan pada scars dapat mengecilkan volume scars. Selain itu, risiko kekambuhan cukup kecil. Efek samping laser ini adalah purpura, hipo maupun hiperpigmentasi yang lebih sering muncul pada orang berkulit hitam. Hal ini menyebabkan PDL lebih cocok dilakukan oleh orang berkulit cerah.

     5. Pembedahan
         Dilakukan pada kasus dimana scar cukup besar pada wajah. Untuk menutupi bekas luka, dilakukan transplan kulit dan lemak dari kulit daerah telinga dan leher.

     6. Terapi Lainnya
         Misalnya kompresi dan injeksi intralesi dengan 5-fluorouracil. Namun belum banyak penelitian yang mendukung teknik tersebut.

Terapi-terapi di atas dilakukan dengan pengawasan dokter, maka konsultasikan terlebih dahulu ya agar dokter bisa memutuskan prosedur mana yang cocok dengan kondisi kulitmu.
Dari sekian banyak terapi yang bisa dilakukan, tetap saja mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka dari itu rajinlah merawat kulit agar jerawat tidak betah hinggap di kulit wajahmu! Simak tips-tips seputar kulit lainnya di blog ini ya!
Sampai jumpa di artikel berikutnya, semoga bermanfaat ☺

DAFTAR PUSTAKA

Fabbrocini, G., et al., 2010. Acne Scars: Pathogenesis, Classification, and Treatment. Retrieved Mar, 10, 2018 from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2958495/

Kravvas. G. & Al-Niami, F., 2017. A systematic review of treatments for acne scarring. Part 1: non-energy-based techniques. Scars, Burns & Healing Volume 3: 1–17.



Comments