Pada artikel kali ini saya akan membahas tentang pengobatan jerawat dan perawatan lanjutan yang sebaiknya dilakukan untuk kulit berjerawat. Pada artikel sebelumnya, saya sudah menjelaskan tentang definisi jerawat, penyebab, dan proses terjadinya jerawat. Daripada penasaran, yuk kita simak lebih lanjut penjelasan di bawah ini!
Apa tujuan pengobatan jerawat?
Tujuan pengobatan jerawat adalah
membuka sumbatan pada pori, mengurangi produksi sebum, dan menghilangkan koloni
bakteri.
Sesuai dengan proses terjadinya jerawat yang sudah dibahas sebelumnya, maka cara mengobati jerawat disesuaikan dengan proses-proses tersebut.
1. Menormalkan proses keratinisasi/eksfoliasi
Langkah
pertama untuk mengontrol jerawat adalah dengan mencegah keratinosit (sel kulit
mati) agar tidak menggumpal. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan retinoid.
Retinoid juga dapat menghilangkan komedo dan mencegah munculnya komedo baru.
Tretinoin dijadikan terapi awal jerawat karena membantu membuka sumbatan pori
dan membantu agar antibiotik dapat menembus pori.
Pasien
dengan jerawat kistik atau yang tidak respon dengan pengobatan lain dapat
diberikan retinoid oral, seperti isotretinoin. Golongan obat ini merupakan
satu-satunya yang dapat menormalkan proses keratinisasi dan mengurangi kerja
kelenjar sebasea. Bahkan produksi sebum dapat berkurang hanya dalam waktu 2
minggu setelah pengobatan. Namun perlu diingat bahwa golongan ini bersifat
teratogenik (dapat menyebabkan cacat janin), sehingga tidak boleh dikonsumsi
oleh wanita hamil.
Gambar 2. Setelah Terapi Selama 12 Minggu dengan Tazarotene.
2. Membasmi/mengurangi bakteri P.acnes
Gambar 1. Pasien Jerawat Sebelum Diterapi dengan Tazarotene (Golongan Retinoid)(Sumber: https://www.medscape.org/viewarticle/459255_4)
(Sumber: https://www.medscape.org/viewarticle/459255_4)
2. Membasmi/mengurangi bakteri P.acnes
Antibiotik
atau benzoyl peroxide mengurangi populasi bakteri sehingga respon peradangan
akan berkurang. Antibiotik yang sering digunakan adalah erythromycin dan
clindamycin. Benzoyl peroxide membunuh bakteri dengan menghasilkan radikal
bebas pada folikel rambut, sehingga dapat juga mempercepat penuaan kulit.
Sodium sulfacetamide dan sulfur juga digunakan sebagai antibakteri.
3. Membersihkan kotoran yang menyumbat pori
Bahan
komedolitik, seperti asam salisilat (BHA) dan AHA, bekerja mengurangi sumbatan
pori. BHA lebih efektif mengurangi jumlah komedo daripada AHA. Selain
menggunakan 2 bahan tersebut, dapat juga dilakukan ekstraksi komedo untuk
membersihkan sumbatan pori.
Gambar 3. Proses Ekstraksi Komedo
(Sumber: http://realhealthvision.com/comedone-extractor.html)
4. Melawan respon peradangan
Penggunaan
produk antiradang, seperti asam salisilat, merupakan cara yang efektif untuk
mengurangi jerawat. Obat antiradang steroid, baik injeksi maupun topikal
(oles), menyimpan efek samping yang cukup serius, seperti steroid acne. Namun pada kondisi tertentu seperti jerawat kistik
yang parah dan scarring, steroid oral
atapun suntikan pada jerawat dapat diberikan. Penggunaan peeling BHA juga dapat dilakukan.
5. Mengurangi kadar sebum
Penggunaan
retinoid dapat mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Selain itu, penggunaan
kontrasepsi oral (pil KB) dapat membantu menstabilkan hormon pada wanita.
Sedangkan bila ditinjau dari derajat keparahannya, terdapat beberapa klasifikasi jerawat, yaitu:
- Jerawat ringan: <20 komedo, atau <15 lesi radang, atau total lesi <30 buah.
- Jerawat sedang: 20-100 komedo, atau 15-50 lesi radang, atau total lesi 30-125 buah.
- Jerawat berat: >5 kista, atau komedo >100, atay lesi radang >50, atau total lesi >125 buah.
Berdasarkan pembagian tersebut, ada terapi khusus pada tiap-tiap derajat:
a. Jerawat Ringan
- Antibiotik topikal (oles) yaitu
clindamycin dan erythromycin.
- Gel benzoyl peroxide
- Retinoid topikal
Proses pengobatan dapat memakan waktu
hingga berbulan-bulan.
b. Jerawat Sedang
Pengobatannya sama dengan jerawat
ringan, hanya saja ditambahkan antibiotik oral (minum), yang dapat diberikan
adalah minocycline atau doxycycline. Pada wanita, kadang dapat diberikan
estrogen oral dan progesteron (contohnya pil KB) untuk mengontrol jerawat. Pada
jerawat yang cukup besar dan meradang, dapat diberikan suntikan steroid
langsung pada jerawat.
c. Jerawat Parah
Selain terapi topikal di atas,
ditambahkan isotretinoin oral untuk jerawat kistik atau tipe konglobata (sangat
parah) atau jerawat yang “bandel” walaupun sudah diobati sebelumnya. Retinoid
berfungsi menghambat kelenjar sebasea dan proses keratinisasi. Sebagian besar
pasien yang diobati dengan isotretinoin dapat sembuh sempurna.
Nah, setelah menyimak cara mengatasi jerawat, berikut saya akan menjelaskan prinsip dasar perawatan wajah berjerawat.
Perawatan untuk kulit berjerawat
Pagi
1. Mencuci
wajah dengan pembersih lembut yang mengandung 2% asam salisilat.
2.
Mengoleskan antibiotik atau azelaic acid.
3.
Mengoleskan sunscreen SPF 45 dan krim
pelembab (jika kulit terlalu berminyak, pilihlah lotion atau gel).
Malam
1. Mencuci
wajah dengan pembersih asam salisilat yang sama dengan perawatan pagi.
2.
Mengoleskan retinoid topikal.
Dokter
dapat menambahan peeling asam
salisilat, antibiotik oral, retinoid oral, ataupun pil kontrasepsi (tergantung kondisi kulit masing-masing).
Perawatan jerawat memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Tidak ada hasil yang instant. Jika kondisi jerawat sudah terlalu berat, sebaiknya konsultasikan ke dokter agar segera mendapat terapi secepatnya. Terapi yang terlambat akan memperbesar risiko terjadinya scar permanen yang susah dihilangkan.
Selain pengobatan dari dokter, alangkah baiknya jika dibantu dengan perbaikan kebiasaan sehari-hari, seperti mencuci muka dengan benar, mengurangi pemakaian kosmetik yang dapat menyumbat pori, tidak sering memegang kulit wajah terutama jika tangan dalam kondisi kotor, serta menghindari stress. Kondisi kulit yang prima dapat dibantu dengan asupan makanan yang seimbang. Perbanyaklah konsumsi buah dan sayuran serta minum air putih yang cukup.
Di artikel berikutnya saya akan menjelaskan lebih jauh tentang luka bekas jerawat. Jadi, stay tune ya di blog ini. Sampai jumpa, semoga bermanfaat. ☺
Daftar Pustaka
Baumann, L. and Keri, J. 2009. Acne (Type 1 Sensitive Skin). In: Cosmetic Dermatology Principles and Practice. 2nd edition. New York: McGraw Hill Companies.
Berson, D. S. 2018. Topical Retinoids in Clinical Practice: The Treatment of Acne. Retrieved February 2, 2018 from: https://www.medscape.org/viewarticle/459255_4
Berson, D. S. 2018. Topical Retinoids in Clinical Practice: The Treatment of Acne. Retrieved February 2, 2018 from: https://www.medscape.org/viewarticle/459255_4
Wolff, K. & R. A. Johnson. 2009. Fitzpatrick’s: Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6th edition. New York: McGraw-Hill Company.
Comments
Post a Comment